![[soekarno.jpeg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7wD1d8Nbu1b6687nMvdpZrsiivJCwoZV8OXoFIBvxb9M51ci5GaWa6EJAqlesN-ir5iBIeEOBg4lWLs88XPIv2cZ_1eQZ1ihbSKuFdtGjv44PfBEB_zxsR8qoiw2R8I8WU3aIITNAKKE/s200/soekarno.jpeg)
Presiden Soekarno
Kisah biografi Soekarno sebagai
Presiden Pertama Republik Indonesia versi yang berkembang dikalangan tertentu
golongan para bangsawan buton dan Mmasyarakat dalam lingkungan tertentu di
pulau Buton mengatakan bahwa Soekarno merupakan ayah biologis dari seorang
bangsawan dari lingkungan istana kesultanan Buton yang karena sesuatu
kekecewaan tidak terpilih menjadi sultan, dia mengasingkan diri di pulau Bali.
Menurut La Ode Abdul Rasyid anak dari salah seorang Kapitanlau Loji yang saat
ini bekerja sebagai staf bagian personalia Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi Sulawesi Tenggara menyebutkan bahwa ayah biologis Soekarno itu bernama La
Ode Muhammad Idris yang tak lain merupakan cucu dari Kinipulu Bula. Hal
ini didasarkan atas riwayat keluarga Kapitalau Loji mengetahui bahwa cucu
Kinipulu Bula dari asal keturunan mereka bernama La Ode Muhammad Idris pernah
kawin di pulau Bali namun sejauh ini belum ada pihak keluarga menelusuri lebih
jauh eksistensi perkawinan tersebut. Demikian pula kisah ini pernah dikemukakan
oleh DR (HC) La Ode Unga Wathullah di Makassar sekitar tahun 1980-an kepada
penulis bahwa Soekarno itu merupakan orang Buton yang lahir di Bali dan karena
sesuatu perasaan dendam dengan Buton, dia telah berjanji untuk tidak sama
sekali menginjakkan kakinya di pulau Buton, kecuali bila ada urusan dan
keperluan ketika semasa perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dengan
sultan Buton maka dia sempatkan bertemu dengan sultan Buton di Benteng Port
Rotterdam Makassar. Untuk memperjelas sedikit kisah ini, pada hari Jumat Kliwon
tanggal 13 November 2009 penulis sengaja berkunjung kerumah Bapak La Ode Moane
Oba tinggal disamping jalan Bunga Kana Kendari, dia salah seorang Tim Kerja
penyusunan sejarah Oputa Yikoo atau sultan Himayatudin yang merupakan sultan
ke-20 dari susunan kesultanan Buton untuk mengusulkan ke Pemerintah Republik
Indonesia agar mendapat gelar kepahlawanan atas perjuangannya melawan Belanda
pada tanggal 24 Februari 1755, mengatakan bahwa pada sekitar bulan Juli
2007 lalu pernah dia didatangi bertandan kerumahnya oleh kerabat dekat yang
masih hubungan keluarga, yakni salah seorang pengurus DPP Hanura pusat yang
bernama Dr.La Ode Supri Asadi atau sering dipanggil Dr. Upi yang tak lain
merupakan anak pertama dari La Ode Asadi (almarhum) yang pernah menjabat
sebagai Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Muna Sulawesi
Tenggara. Dia datang khusus ke rumahnya untuk menceritakan asal muasal
Sokarno.
![[soekarno3.jpg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKuLeWweyKA0hhheOaCr7lo8xa7NQoj1Y9ziGnunORQ5G3qHN5fO3WpBZ_gudFCjdKIAiYCI-nVNEkZ8u9cbarR3dlD6pLj3Rm3rjDhVxjc2KFzt33FpLmeVPZdp-ss_vIkWLySvSVQkk/s200/soekarno3.jpg)
Dr. Upi mengatakan
bahwa pada tahun 1970-an di Jakarta pernah ayahnya diceritakan oleh guru
Ali (nama panggilan) adalah seorang guru pada Sekolah Dasar Lawele Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara, yang mana dia lari meninggalkan pulau Buton menuju
Jakarta ketika terjadi move peristiwa tahun 1969 tentang issue Partai Komunis
Indonesia di pulau Buton yang dikumandangi oleh Letkol Arifin Sugiyanto.
Dikatakan dengan sangat yakin tanpa ragu-ragu bahwa Soekarno itu merupakan
orang Buton. Untuk mengecek kebenaran kisah ini maka sekitar pertengahan tahun
1970-an di Jakarta guru Ali melalui perantara La Ode Asadi dipertemukan dengan
La Ode Muhammad Tooha. Dan selanjutnya La Ode Muhammad Tooha (Lakina Kumbewaha)
mengantar langsung guru Ali ke rumah kediaman Sukmawati Soekarno Putri. Setelah ketemu
dan melakukan konfirmasi masalah kisah tersebut dengan Sukmawati Soekarno Putri
yang merupakan anak ke-empat dari Presiden Republik Indonesia Pertama
Soekarno dari ibunya bernama Fatmawati, maka seketika itu jugaSukmawati
Soekarno Putri mengatakan bahwa :… “pernah Bapak (Soekarno)
menceritakan kepada mereka (sekeluarga) bahwa kakeknya adalah seorang haji yang
tinggal di pulau Buton”… “Dan mereka akui bahwa nenek mereka itu berasal dari
pulau Buton”.
![[sukmawati.jpg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglCXOH66WR52lBYZR_4cmlPWbgkfgZ3gRpHFW_pNYzXdoub3sAyqf81jyoqMO8l3-u04YjTHHlQFgS_v1vnEMdELm3cjDv4JN9Wz0guY_qInZ6M85cROhmu5nImlmOZf4cOqAU3c9T0vI/s200/sukmawati.jpg)
Sukmawati Soekarno
Putri
Dan setelah mengatakan
itu semua, Sukmawati menambahkan bahwa Soekarno melarang lagi mereka semua
untuk mengingat itu semua dengan alasan bahwa mereka sudah tinggal dan besar di
pulau Jawa. Berdasarkan informasi ini, La Ode Muhammad Tooha dan guru Ali
mengadakan penyelidikan dan konfirmasi sejarah, maka setelah didapat titik
terang maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan seorang haji adalah haji
Pada. Namun demikian penafsiran haji Pada dimaksud belum bisa dibuktikan secara
epistemologis, mengingat bahwa orang-orang sakti pada zamannya di pulau Buton
yang memiliki gelar haji dimana mereka dapat pulang pergi hanya sekejap mata di
atas sajadah sudah dapat menghilang dan muncul begitu saja di tanah Mekkah
bukan saja haji Padatapi juga bisa Saidi Rabba atau Kinipulu
Bula yang dikenal dengan namaSyech Haji La Ode Ganiyu. Setelah penulis
mendengarkan cerita tersebut, lantas seketika penulis terkesima dan mengatakan
bahwa yang dimaksud Sukmawati Soekarno Putri tersebut bahwa neneknya seorang
haji dari pulau Buton yang benar adalah Syech haji La Ode Ganiyu. Dan La
Ode Moane Oba yang sedang menceritakan kisah ini kepada penulis terkesima
mendengarkan penjelasan saya dan mengatakan bahwa mungkin itu benar!?. Penulis
ceritakan kepada La Ode Moane Oba bahwa pada tahun 1981 sampai 1982 lalu di
Makassar pernah terjadi hampir selama tiga bulan berturut-turut setiap habis
selesai shalat Magrib, penulis masuk duduk di ranjang (tempat tidur) dan secara
ghaib langsung ditemani oleh Soekarno untuk berdialog dan sekaligus diajarkan
tentang ilmu Negara dan Ketatanegaraan Indonesia. Selang waktu dialog
pengajaran berlangsung antara 15 sampai 25 menit, selama proses dialog napas
penulis terasa sesak dan agak berat, namun dialog cukup berjalan lancer.
Kejadian semua ini atas perkenan dan izin Allah Subhana Wata’ala. Dia
(Soekarno) memperkenalkan kepada penulis bahwa ghaib yang mengikuti dirinya
atau roh yang sering menemani dirinya adalah Kinipulu Bula. Kinipulu Bula dikalangan
petinggi kesultanan Buton dikenal dengan nama Syech haji La Ode Ganiyu, orang
ini tergolong manusia langkah asal keturunan para wali di pulau Buton dan
selama hidupnya pernah menjadi imam masjidil haram di Mekkah selama 7 tahun
berturut-turut dan pernah menjadi dosen tamu atau dosen luar biasa pada
Universitas Al zhar Mesir dan disana pernah menulis sebuah buku yang sangat
terkenal berjudul”“AJONGA INDAMALUSA”. Buku ini pada zamannya sangat digemari
oleh para golongan tassauf dikalangan bangsa arab dan sayang sekali buku ini
tidak bisa dijumpai di Indonesia dan sekarang ini sudah hilang di perpustakaan
Universitas Al Azhar kecuali tinggal katalognya.
![[sokarno9.jpg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1T13CSIFIB9IpMjJva-1yN0K_TbsYIbZyDOVeow-MbXmuJU56OMLuePu__iZmK00bL98Ea2TqA-gaUQsQ3TY9SDRMq0BDGmXXfrJXxwk5jTQacz7187BQF0h74IBOrvWEWrDsQQethx8/s320/sokarno9.jpg)
![[sukarno4.jpg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNp73nPyiKtQaO99i7u9mS6VI904ECG1AOWjEsyNzGZSeOrHyzU2pQItATdGuWPpAUx_TaKdPlk8huM2YRwyhd54Y-vUSRmTvHFTqHOCsqEU8zg-B2kfmQ1jFijU8ghIq2OVXSX35rBA4/s320/sukarno4.jpg)
![[sukarno5.jpg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoSmzicKoU7x2uulsVy7pcTiEnOkL9nrseGeucVgHtDsCcYcxKmjqQ4ufDBeLkTPMnAFi7nEnHITQwlp_v4CBl1FDLd2mnRF4BKr25eRjpXjRs6U63yNy91QJosH_FuCmqw5XQoaGRrec/s320/sukarno5.jpg)
![[sukarno6.jpg]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqgJ0KwmFe8828yd-pUUj-ZrdtaL0sjHJ6eDEC23zFBwzTZHUmJBb3SMgHbww2DPsufEPqCO6fOvmQf9SA1fENb4tVi2vflNLeEJSs68BIH20P53dYDIykYW4KEgMbI5xhpxY1aWK5Dog/s320/sukarno6.jpg)
Soekarno Ikut
Kehebatan Siapa...!
Dalam kisah terbatas
dikalangan masyarakat tertentu pulau Buton, dikisahkan bahwa ayah biologis
Soekarno itu yakni Laode Muhammad Idrisyang tak lain adalah cucu dari Syech
Haji La Ode Ganiyu merupakan orang yang disegani dikalangan petinggi
kesultanan Buton karena dia disamping ahli kanuk ragan, juga dia ahli perang,
ahli sejarah dan budaya, ahli kebatinan juga ahli agama. Ketika terjadi
peristiwa pemilihan calon Sultan Buton ke-33, dia sangat kecewa atas proses
pemilihan sultan karena menurutnya mestinya dialah sebagai sultan Buton ke-33,
namun ketika itu dia dihianati oleh kelompok petinggi dari Ba’dia, Keraton/Wajo.
Dia juga semenjak pertengahan tahun 1800 sudah tidak menyenangi sistem Sa’ra
yang dijalankan dalam lingkungan keratin Buton karena hanya dimonopoli oleh
kelompok-kelompok tertentu dari kalangan asal Ba’dia dan Keraton. Sebagai
akibat dari kekecewaannya itu, Pada tahun 1898 dia melarikan diri dan
mengasingkan diri ke pulau Bali tepatnya di Buleleng dengan pergi meninggalkan
pulau Buton ikut dengan kapal perahu pedagang (sope-sope) membawa hasil-hasil
laut pulau Buton. Dipermukiman dipesisir pantai Buleleng pulau Bali
ketika itu banyak dihuni oleh orang-orang Buton para saudagar perahu dan
pedagang dan tinggal disana. Disalah satu tempat saudagar itulah ayah biologis
Soekarno yang bernama La Ode Muhammad Idris tinggal sementara sambil
menenangkan dirinya akibat dari kekecewaannya atas penghianatan yang diterima
oleh kelompok petinggi asal Ba’dia, Keraton/Wajo sehingga dia tidak terpilih
menjadi sultan ke-33 Buton dan sangat tidak suka dengan sistem Sa’ra yang
dijalankan dalam lingkungan Keraton Buton.
Dalam pengasingannya di
Buleleng Bali, dia sering setiap waktu melihat anak gadis dengan paras cantik
merupakan anak petinggi Kerajaan yang bernama Nyoman Pesek. Rupanya anak gadis
dengan paras cantik ini bernama Ida Ayu Nyoman Rai dengan nama
panggilan Srimben yang merupakan anak kedua Nyoman Pesek dengan
ibunya bernama Ni Made Liran. Maka selang beberapa waktu, diapun memberanikan
diri untuk menghadap ayah anak gadis cantik tersebut yang tak lain bernama
Nyoman Rai Srimben atau Ida Ayu Nyoman Rai dan sekaligus mengemukakan hajatnya
untuk melamar anak gadis tersebut. Ayah anak gadis tersebut sangat marah ada
orang berani melamar anak gadisnya tanpa dia ketahui asal muasal keturunannya.
Sang ayahpun berkata : “kok kamu beraninya melamar anak saya sendiri!, kamu dari
keturunan mana?. Dia mengatakan bahwa saya suka anak Bapak dan mau jadikan
istri…, Saya dari Buton, asal keturunan bangsawan Buton!. Ayah Ida Ayu Nyoman
Rai tak percaya, dan sang ayah mengatakan mana tanda-tanda yang bisa meyakinkan
bahwa kamu adalah orang dari asal Bangsawan Buton?. Karena dia ditolak, maka
diapun pulang kembali keperkampungan nelayan di Buleleng sambil berpikir apa
yang mesti dia lakukan agar sang ayah bisa percaya dia bahwa dia adalah anak
Bangsawan dari Buton. Karena dia (La Ode Muhammad Idris) adalah juga memiliki
garis keturunan para wali, maka diapun dengan mudah mendapat petunjuk ghaib
untuk meyakinkan ayah dari Ida Ayu Nyoman Rai tersebut. Maka beberapa hari
kemudian dibawahnya keris pusaka sakti (To'bo) pulau Buton berkepala
burung dan langsung kembali menuju kediaman Nyoman Rai Srimben untuk
menemui Nyoman Pesek dalam meyakinkan bahwa dia adalah keturunan bangsawan
pulau Buton. Dan setelah ketemu dengan sang ayah, maka diperlihatkanlah keris
sakti pusaka leluhurnya dari pulau Buton dan alangkah kagetnya sang ayah
melihat keris tersebut sama seperti keris yang sering dibawah oleh sultan Buton
bila sedang ada acara pertemuan antar kerajaan baik dilakukan di pulau Bali
maupun di Makassar. Dan seketika itu juga sang ayah sangat yakin dan mengatakan
bahwa saya percaya kamu adalah keturunan bangsawan pulau Buton.
Dalam kisah singkatnya,
maka kawinlah La Ode Muhammad Idris dengan Ida Ayu Nyoman Rai dan tak lama
kemudian lahirlah Soekarno kecil di Buleleng pulau Bali (6 Juni
1901). Namun masa kebahagiaan mereka hanya berlangsung singkat selama lebih
kurang tiga tahun lamanya. Kemudian karena sesuatu hal penting terjadi masalah
perselisihan antar golongan bangsawan di Pemerintahan Kesultanan Buton antara
tahun 1911 sampai 1914, maka ketika itu diutuslah petinggi khusus istana untuk
pergi mencari sekaligus menjemput La Ode Muhammad Idris karena hanya dengan
keahliannya dapat menyelesaikan perselisihan antar golongan yang terjadi
tersebut. Maka pulanglah ayah biologis Soekarno yang diperkirakan usiaSoekarno
kecil baru menginjak tiga tahunan. Selama La Ode Muhammad Idris
meninggalkan Buleleng Bali kembali ke pulau Buton tak ada kabar berita juga
tidak menafkahi lahir dan bathin Ida Ayu Nyoman Rai. Maka diapun hidup sendiri
membesarkan Soekarno kecil hingga usia Soekarno menginjak lima
tahunan. Waktupun berjalan, Ida Ayu Nyoman Rai melalui perantara
sahabat dekatnya bernama Made Lestari memperkenalkan dia dengan
seorang guru bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Dan selanjutnya bapak
ini menaruh hati dan jatuh cinta dengan Ida Ayu Nyoman Rai lalu
dibawah larilah ibu Soekarno kecil itu ke Surabaya yang hampir saja menimbulkan
pertumpahan darah akibat dari persitiwa ini. Dan Raden Soekemi inilah yang pada akhirnya
menjadi ayah Soekarno dan yang telah membesarkannya sebagaimana diriwayatkan
dalam lembaran sejarah Indonesia.
Dalam pemaparan kisah
ini walaupun masih dalam diskripsi primordial dalam konteks ontologis, namun
diharapkan ada pihak-pihak yang dapat menindaklanjuti secara aksiologis untuk
menelitinya secara konprehensif. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian
mendalam lebih lanjut yang dilakukan oleh para ahli sosiologis kontemporer,
para ahli sejarah dan budaya, para ahli ethonologis sehingga diharapkan dapat
menguak tabir dibalik kisah ini sekaligus dapat memberikan diskripsi sejarah
Indonesia yang benar mengenai asal muasal keturunan Soekarno sebagai Presiden
pertama Republik Indonesia agar masyarakat Indonesia dapat mengetahui kebesaran
pulau Buton pada zamannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar